Translate

Tuesday, October 6, 2015

FLARING DAN ASPEK LINGKUNGANNYA: KESOMBONGAN, EKONOMI, DAN EMISI KARBON

FLARING DAN ASPEK LINGKUNGANNYA

FLARING DAN ASPEK LINGKUNGANNYA: KESOMBONGAN, EKONOMI DAN EMISI KARBON

       Flaring merupakan proses atau aktivitas industri, terutama petrochemical dan migas, yang tidak bisa dihindari (baca: FLARE STACK, API NAN TAK KUNJUNG PADAM). Permasalahan lebih besar terjadi bila pengoperasian flaring dilakukan dengan tidak tepat yang akan menghasilkan metana dan senyawa organik volatil lainnya, sulfur dioksida dan turunannya yang dikenal dapat memperburuk masalah pernafasan. Belum termasuk senyawa hidrokarbon aromatik (benzena, toluena, xilena) dan benzapyrene yang bersifat karsinogenik.
       
Gas Flaring
Gas Flaring
       Tapi inilah wujud 'keangkuhan' manusia yang mampu menggali hingga ke dasar-dasar bumi. Mencari, menemukan, dan menghisap hidrokarbon fosil ke permukaan. Dari hidrokarbon pula banyak sektor ekonomi yang bergerak, kehidupan sejumlah golongan menjadi makmur seketika, derajat dan kebanggaan anak-anak manusia naik sampai ke langit. Hidrokarbon semacam menjadi belati bermata dua, memakmurkan dan memiskinkan, menggerakkan ekonomi negara dan perlahan menghancurkan bumi. 

       Pembakaran seperti apapun wujudnya dan apapun yang dibakar atau untuk tujuan apapun, seperti yang tertulis pada paragraf pertama artikel ini, membebaskan karbondioksida dan senyawa volatil lainnya ke atmosfer bumi. 
      Flaring Canaport LNG, Canada pada tanggal 13 September 2013 telah membunuh hampir 7500 ekor burung migran (baca : Canaport LNG Bird Kill Case Adjourned Without Pleas Again). Burung migran ini umumnya berpindah dari utara ke selatan selama musim dingin di utara. Panasnya api flaring memikat burung-burung ini untuk mendekat ke flare stack milik Canaport LNG. [1]
     Ngengat (Moths) adalah hewan yang selalu tertarik dengan cahaya dan suhu hangat. Sebuah brosur yang diterbitkan oleh The Secretariat of The Convention on Biological Diversity menjelaskan keadaan dimana: "Ahli taksonomi yang bekerja di dalam hutan tropis menemukan bahwa flaring di dalam operasional kilang minyak telah memikat dan membunuh ratusan ngengat. Setelah lebih dari bertahun-tahun kilang beroperasi sejumlah besar populasi ngengat sudah pasti terbunuh, yang artinya banyak dari tanaman atau tumbuhan tidak dapat diserbuki di area hutan yang luas. [2]


Halaman Pertama Brosur dari The Secretariat of The Convention on Biological Diversity
Halaman Pertama Brosur dari The Secretariat of The Convention on Biological Diversity


Halaman Kedua Brosur dari The Secretariat of The Convention on Biological Diversity
Halaman Kedua Brosur dari The Secretariat of The Convention on Biological Diversity
        Ini tentu belum termasuk emisi gas buang yang dihasilkan dari flaring. Seperti yang kita sudah banyak tahu bila gas karbondioksida (CO2) dan metana adalah komponen utama dalam kandungan gas alam dan juga diketahui kedua senyawa tersebut merupakan gas-gas rumah kaca yang bertanggungjawab atas terjadinya pemanasan global.
        Karbondioksida atmosferic (CO2) dihasilkan baik dari alam dan aktifitas manusia (anthropogenic). Kegiatan manusia yang berkontribusi besar menambah emisi CO2 adalah pembakaran/konsumsi bahan bakar fosil. Chart di bawah menjelaskan kontribusi masing-masing aktifitas terhadap pelepasan karbondioksida ke atmosfer.

Kontribusi Kegiatan Manusia Terhadap Emisi Karbondioksida, Tahun 1994
Kontribusi Kegiatan Manusia Terhadap Emisi Karbondioksida, Tahun 1994







        Hingga akhir tahun 2011, 150 miliar meter kubik (setara 5.3 triliun kaki kubik) gas telah dibakar dalam proses flaring. Jumlah ini setara dengan 25% konsumsi gas alam di USA per tahun atau setara dengan 30% di Uni Eropa. [3] Bila dinilai dengan harga pasar maka jumlah ini bernilai hingga $29.8 miliar (dengan harga $5.62 per 1000 kaki kubik). [4]
       Masih di akhir tahun yang sama, 10 negara ikut berkontribusi terhadap 72% total aktifitas flaring di dunia. Negara-negara tersebut antara lain:
      1. Rusia (27%)
      2. Nigeria (11%)
      3. Iran (8%)
      4. Irak (7%)
      5. USA (5%)
      6. Aljazair (4%)
      7. Kazakhstan (3%)
      8. Angola (3%)
      9. Saudi Arabia (3%)
    10. Venezuela (3%)
 Indonesia hingga tahun 2012 berada di peringkat 13 dunia dengan gas flaring terbesar. [5]

20 Negara dengan Gas Flaring Terbesar
20 Negara dengan Gas Flaring Terbesar



Emisi CO2 Periode 1975-1995
Emisi CO2 Periode 1975-1995

       Flaring dari situs-situs pengeboran minyak adalah kontributor yang sangat signifikan dalam menambah emisi karbondioksida dunia. Ditambah dengan pembakaran bahan bakar fosil dan produksi semen, emisi karbondioksida pada 2010 sudah mencapai 3X lipat (1300 ± 110 tCO2) dari emisi periode sebelumnya (1750-1970) yaitu sebesar  420 ± 35 tCO2. Setiap tahunnya hampir 2400 juta ton karbondioksida dihasilkan dari flaring.[6]
       Hal yang menggembirakan adalah bahwa data foto satelit dari tahun 2005 hingga 2010, gas-gas hasil flaring secara global turun sekitar 20%. Pengurangan yang paling signifikan dilakukan oleh Ruisa (40%) diikuti Nigeria (turun sebesar 29%).[3] Teknologi masih terus dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi flaring. Grafik di atas menunjukkan penurunan signifikan hingga setengah dari emisi tahun 1975. Selagi kita berharap antara ekonomi dan ekosistem mampu saling mengimbangi.[7]      :)

Sumber:
1. 7,500 songbirds killed at Canaport gas plant in Saint John (online CBC News, September 17, 2013).
2. The Global Taxonomy Initiative - The Response to a Problem (scroll down to the section entitled "Pollinating moths").
3. Global Gas Flaring Reduction Partnership (GGFR), World Bank, October 2011 Brochure.
4. Annual Energy Review, Table 6.7 Natural Gas Wellhead, Citygate, and Imports Prices, 1949-2011 (Dollars per Thousand Cubic Feet), United States Energy Information Administration, September 2012.
5. Estimated Flared Volumes from Satellite Data, 2007-2011. From the website of the World Bank.
6. IPCC. "IPCC 2014: Summary for Policy Makers.In: Climate Change 2014, Mitigation of Climate Change." (pdf). Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom and New York, NY, USA. Retrieved December 11, 2014.
7. John Kearn, Kit Amstron, Les Shirvill, Emmanuel Garland, Carlos Simon, Jennifer Monopolis (2000). Flaring and Venting in the oil and gas exploration and production industry.


Related Articles:

API ITU SEPERTI TAK PERNAH PADAM

Kilang-Kilang Minyak Milik Pertamina

DIBALIK MINYAK BUMI: STRUKTUR HIDROKARBON 'CANDU' EKONOMI DUNIA



        
      
       

No comments:

Post a Comment