SHALE GAS: HARAPAN BARU BAHAN BAKAR MASA DEPAN?
Shale Gas masih terdengan asing di telinga kita. Tapi sebenarnya, aktifitas eksplorasi dan penelitian mengenai deposit, kandungan, dan teknik eksploitasinya sudah berjalan cukup lama.
Apa sebenarnya shale gas ini? Inikah bentuk baru sumber energi yang akan bersaing dengan minyak bumi? Di mana deposit-deposit shale gas "bersemayam"?
Energi atau sumber daya energi selalu menjadi topik yang terus populer di kalangan masyarakat. Kenapa? Jelas karena kebutuhan akan sumber-sumber energi semakin meningkat dari masa ke masa. Apalagi, cadangan minyak dan gas bumi dunia sudah mulai menipis, sumur-sumur besar tidak lagi mencapai puncak produksinya. Mengkhawatirkan? Sudah pasti. Sumber energi terbarukan jelas akan mendapat tempat nantinya, tapi manusia tidak menyerah untuk menemukan lagi bahan bakar fosil.
1. Apakah itu "Shale"?
Shale adalah lapisan batuan sedimen yang berpori halus tersusun dari endapan lumpur yang membawa mineral mirip tanah liat dan mineral berpartikel kecil seperti kuarsa dan calcite. Perbandingan komposisi antara tanah liat dan mineral lainnya sebagai penyusun sangat bervariasi. Shale, memiliki sifat fissilty, yang artinya adalah memiliki karakter batuan yang memiliki lapisan tipis yang bahkan kurang dari satu sentimeter.
Utica Shale Formation, Dekat Fort Plain, New York |
Marcellus Rock |
Ada beberapa macam "shale" yang ada di lapisan bumi misalnya, bituminous shale, burgess shale, barnett shale, bearpaw shale, marcellus dan utica shale.
2. Lalu "Shale Gas"?
Shale gas sebenarnya sama dengan gas-gas alam yang sebelumnya dieksplorasi dan digunakan selama ini. Shale gas hanya merujuk kepada nama formasi batuan yang "memerangkap"-nya. Shale gas sering ditemukan terperangkap sangat dalam di bawah permukaan (sekitar 1500 hingga 3000 meter) di dalam batuan induk. Seperti halnya hidrokarbon yang lain, batuan induk adalah batuan di mana minyak atau gas terbentuk sebelum akhirnya "lepas" dan bergerak ke bawah impermeable rock barrier. Namun shale gas tetap terperangkap di dalam batuan induknya, di pori-pori batuan yang tipis dan matriks batuannya. Ini yang membuat shale gas dulunya sangat tidak ekonomis karena sulit untuk diekstraksi.
Pengeboran Gas Konvensional |
Gambar di atas menunjukkan proses pengeboran gas konvensional, yang sampai sekarang diterapkan di sumur-sumur gas. Namun, coba perhatikan gambar di bawah. Gambar di bawah menunjukkan bagaimana shale gas di ekstraksi menggunakan pengeboran horisontal.
Proses Ekstraksi Shale Gas |
Shale Gas Extraction |
3. Sejarah Eksplorasi dan Penambangannya
Pada tahun 1821 adalah pertama kalinya shale gas diekstrak di Fredonia, dekat New York. Sedangkan pengeboran horisontalnya dimulai pada sekitar tahun 1930an dan 17 tahun kemudian sumur pertama berhasil memproduksi shale gas.
Amerika adalah negara yang paling "getol" dengan eksplorasi dan ekstraksi shale gas. Awalnya, pada tahun 1970-an, pemerintah federal melakukan kontrol harga pada gas alam dan menyebabkan turunnya pasokan gas di Amerika. Menghadapi penurunan produksi gas alam, pemerintah federal melakukan banyak investasi pada cadangan energi alternatif, termasuk proyek Eastern Gas Shale.
Proyek Eastern Gas Shale berlangsung selama 16 tahun dimulai sejak tahun 1976 hingga 1992. Pemerintah Amerika sangat mendukung proyek pengeboran shale gas dengan menyediakan kredit pajak dan regulasi yang menguntungkan dunia industri dalam Undang-Undang Energi tahun 1980. Program DOE juga menerapkan dua teknologi yang telah dikembangkan sebelumnya yaitu massive hydraulic fracturing dan horizontal drilling pada formasi shale gas.
Meskipun proyek Eastern Gas Shale telah rampung dan mampu mendongkrak produksi gas pada cekungan Appalachian dan Michigan, shale gas masih dinilai tidak ekonomis dan hanya diberikan jatah memasok 1,6% dari total produksi gas Amerika di tahun 2000.
George P. Mitchell dianggap sebagai bapak dari industri shale gas dengan menurunkan biaya sebanyak $4 per BTU dan membuat shale gas menjadi ekonomis. Mitchell Energy meraih shale ekonomisnya yang pertama pada tahun 1998 dengan menggunakan metode slick-water fracturing. Sejak saat itu shale gas tumbuh menjadi kontributor tercepat bagi produksi energi primer di USA dan mendorong negara-negara lain "mengejar" deposit shale gas.
4. Shale Gas Kini dan Nanti
Shale gas memang menjadi "magnet" baru bagi sumber daya energi. Banyak negara sekarang mulai mengeksplorasi cadangan shale gas-nya. Namun, berdasarkan data yang dirilis pada tahun 2013 hanya Amerika Serikat, Kanada, dan Cina yang memproduksi shale gas secara komersial. Tapi, hanya Amerika Serikat dan Kanada yang mempunyai produksi paling signifikan. Sementara Cina yang memiliki ambisi untuk meningkatkan cadangan shale gas-nya malah terbentur masalah teknologi dan kondisi geologi.
Tabel di bawah menunjukkan kepada kita cadangan gas beberapa negara yang telah dilansir oleh United States Department of Energy pada tahun 2013.
Tabel Cadangan Gas Beberapa Negara Dirilis Oleh United States Department of Energy |
Energy Information Administration Agency milik Departemen Energi Amerika telah membuat estimasi cadanngan shale gas dari beberapa negara pada tahun 2011. Namun, dalam perkembangannya jumlah yang telah tercatat sebelumnya akhirnya direvisi pada tahun 2013.
Total dari cadangan shale gas di Amerika diprediksi mencapai 862 triliun kaki kubik pada tahun 2011 dan direvisi ke angka 665 triliun kaki kubik pada tahun 2013. Sementara total cadangan di Kanada pada 2011 tercatat sebanyak 388 trillion cubic feet (TCF) dan dikoreksi pada 2013 di angka 573 TCF.
Peta Sebaran Basin Shale Gas Menurut Survey EIA tahun 2011 |
Di Amerika sendiri, total cadangan "gas alam basah" diestimasi mencapai 2.431 TCF termasuk shale gas dan gas alam konvensional. "Gas alam basah" adalah metana dan gas alam cair. Cadangan gas alam basah dunia, di luar cadangan milik Amerika, di estimasi mencapai 20.451 TCF dan 32%-nya dalam rupa shale gas. Eropa sebenarnya memiliki cadangan shale gas yang melimpah hingga mencapai 639 TCF namun terkendala dengan kondisi geologinya yang rumit.
Indonesia menepati urutan nomor 11 pemilik cadangan shale gas dunia. Tapi, apakah nanti kita yang menikmatinya? Atau alasan "keterbatasan" teknologi dan SDM akan menjadi alibi sehingga gas alam kita dikeruk pihak lain? Menarik untuk diikuti. :)
No comments:
Post a Comment